Rabu, November 19, 2008

Para Pahlawan



Guru, Dosen, Trainer, Pendidik...merekalah pahlawan tanpa tanda jasa yang mengisi hidupnya untuk berbagi memberikan cahaya ilmu untuk mengusir kebodohan dan keterbelakangan. Karena semua harapan dapat tergapai dengan ilmu.

Termasuk pula orang2 terdahulu kita yang rela sepenuh hati untuk berjuang mengusir penjajahan dari ibu pertiwi. Dengan semangat dan kesabaran dalam meraih kemerdekaan mereka berhasil memberikan tenaga, pikiran, dan yg dimilikinya tanpa sia-sia untuk dapat dilanjutkan kepada penerusnya dalam mengisi kemerdekaan dengan aman dan damai.

Untukmu, semoga engkau mendapatkan balasan yang layak.
Kita tak usah irihati, karena kita bisa mengambil keteladanan mereka. Karena itu jadilah yang terbaik di bidang yang kalian tekuni. Ngeblog? Bisa jadi!

Senin, November 17, 2008

Cerita Hewan Qurban

Adakalanya kita ingin menjadi yang terbaik dari yang baik, namun usaha yg dilakukannya hanya sedikit. Menggunakan prinsip ekonomi "Mendapatkan keuntungan sebesar2nya dgn pengeluaran yang sekecil2nya". Prinsip ini bisa pas digunakan jika sesuai pada tempatnya. Hasil akhir itu pd dasarnya memang sesuai dengan usahanya, kecuali ada hal keajaiban/khusus. Seorang Marketing mampu menggoalkan targetnya jika usaha marketing yang dilakukannya adalah melebihi dari nilai targetnya itu, barangkali 3 kali atau lebih dari nilai targetnya. Contoh lain adalah saat musim berqurban, memdapatkan hewan qurban dgn pengeluaran yg sedikit. Padahal semua tahu bahwa pengorbanan org yg membeli hewan berbeda dgn yg beternak. Tidak sebanding dgn keletihan, kelelahan dr si peternak. Bukankah Dia bermaksud melihat byknya daging,tulang,darah dr hewan qurbannya..tetapi nilai ketaqwaanyalah yg dilihatnya. Tentu saja, taqwa itu terlihat dr bukti kita berqurban dari apa yg sesungguhnya kita sanggupi. Sekedar asumsi, pengorbanan gajah tentu berbeda dgn semut. Tak pantas seekor gajah memberikan qurban berupa tupai.....


Sebesar dan sekecil apapun usaha kita pasti Dia akan membalasnya. Belajar dan teruslah belajar untuk menggapai puncak keberhasilan :)


Ada cerita yg menarik dari blognya mas sigit sudarman.

HEWAN QURBAN TERBAIK

Ditulis pada oleh sigit

Assalaamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha 1428 H
Mempersembahkan sebuah renungan bagi kita semua
Kuhentikan mobil tepat di ujung kandang tempat berjualan hewan Qurban.
Saat pintu mobil kubuka, bau tak sedap memenuhi rongga hidungku,
dengan spontan aku menutupnya dengan saputangan.
Suasana di tempat itu sangat ramai, dari para penjual yang hanya bersarung
hingga ibu-ibu berkerudung Majelis Taklim, tidak terkecuali anak-anak
yang ikut menemani orang tuanya melihat hewan yang akan di-Qurban-kan pada Idul Adha nanti,
sebuah pembelajaran yang cukup baik bagi anak-anak sejak dini
tentang pengorbanan NabiAllah Ibrahim & Nabi Ismail.

Aku masuk dalam kerumunan orang-orang yang sedang bertransaksi
memilih hewan yang akan di sembelih saat Qurban nanti.
Mataku tertuju pada seekor kambing coklat bertanduk panjang,
ukuran badannya besar melebihi kambing-kambing di sekitarnya.

” Berapa harga kambing yang itu pak ?” ujarku menunjuk kambing coklat tersebut.

” Yang coklat itu yang terbesar pak. Kambing Mega Super dua juta rupiah tidak kurang” kata si pedagang berpromosi
matanya berkeliling sambil tetap melayani calon pembeli lainnya.

” Tidak bisa turun pak?” kataku mencoba bernegosiasi.

” Tidak kurang tidak lebih, sekarang harga-harga serba mahal” si pedagang bertahan.

” Satu juta lima ratus ribu ya?” aku melakukan penawaran pertama

” Maaf pak, masih jauh.” ujarnya cuek.

Aku menimbang-nimbang, apakah akan terus melakukan penawaran terendah
berharap si pedagang berubah pendirian dengan menurunkan harganya.

” Oke pak bagaimana kalau satu juta tujuh ratus lima puluh ribu?” kataku

” Masih belum nutup pak ” ujarnya tetap cuek

” Yang sedang mahal kan harga minyak pak. Kenapa kambing ikut naik?”
ujarku berdalih mencoba melakukan penawaran termurah.

” Yah bapak, meskipun kambing gak minum minyak. Tapi dia gak bisa datang ke sini sendiri.
Tetap saja harus di angkut mobil pak, dan mobil bahan bakarnya bukan rumput”
kata si pedagang meledek.

Dalam hati aku berkata, alot juga pedagang satu ini. Tidak menawarkan harga selain
yang sudah di kemukakannya di awal tadi. Pandangan aku alihkan ke kambing lainnya
yang lebih kecil dari si coklat. Lumayan bila ada perbedaan harga lima ratus ribu.
Kebetulan dari tempat penjual kambing ini, aku berencana ke toko ban mobil.
Mengganti ban belakang yang sudah mulai terlihat halus tusirannya.
Kelebihan tersebut bisa untuk menambah budget ban yang harganya kini selangit.

” Kalau yang belang hitam putih itu berapa bang?” kataku kemudian

” Nah yang itu Super biasa. Satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah” katanya

Belum sempat aku menawar, di sebelahku berdiri seorang kakek menanyakan
harga kambing coklat Mega Super tadi.
Meskipun pakaian “korpri” yang ia kenakan lusuh, tetapi wajahnya masih terlihat segar.

” Gagah banget kambing itu. Berapa harganya mas?” katanya kagum

” Dua juta tidak kurang tidak lebih kek.” kata si pedagang setengah malas menjawab
setelah melihat penampilan si kakek.

” Weleh larang men regane (mahal benar harganya) ?” kata si kakek dalam bahasa Purwokertoan
” bisa di tawar-kan ya mas ?” lanjutnya mencoba negosiasi juga.

” Cari kambing yang lain aja kek. ” si pedagang terlihat semakin malas meladeni.

” Ora usah (tidak) mas. Aku arep sing apik lan gagah Qurban taun iki (Aku mau yang terbaik dan gagah untuk Qurban tahun ini)
Duit-e (uangnya) cukup kanggo (untuk) mbayar koq mas.” katanya tetap bersemangat seraya mengeluarkan bungkusan
dari saku celananya. Bungkusan dari kain perca yang juga sudah lusuh itu di bukanya, enam belas lembar uang seratus ribuan
dan sembilan lembar uang lima puluh ribuan dikeluarkan dari dalamnya.
” Iki (ini) dua juta rupiah mas. Weduse (kambingnya) dianter ke rumah ya mas?” lanjutnya mantap tetapi tetap bersahaja.

Si pedagang kambing kaget, tidak terkecuali aku yang memperhatikannya sejak tadi.
Dengan wajah masih ragu tidak percaya si pedagang menerima uang yang disodorkan si kakek,
kemudian di hitungnya perlahan lembar demi lembar uang itu.

” Kek, ini ada lebih lima puluh ribu rupiah” si pedagang mengeluarkan selembar lima puluh ribuan

” Ora ono ongkos kirime tho…?” (Enggak ada ongkos kirimnya ya?) si kakek seakan tahu uang yang diberikannya berlebih

” Dua juta sudah termasuk ongkos kirim” si pedagang yg cukup jujur memberikan lima puluh ribu ke kakek
” mau di antar ke mana mbah?” (tiba-tiba panggilan kakek berubah menjadi mbah)

” Alhamdulillah, lewih (lebih) lima puluh ribu iso di tabung neh (bisa ditabung lagi)” kata si kakek sambil menerimanya
” tulung anterke ning deso cedak kono yo (tolong antar ke desa dekat itu ya),
sak sampene ning mburine (sesampainya di belakang) Masjid Baiturrohman,
takon ae umahe (tanya saja rumahnya) mbah Sutrimo pensiunan pegawe Pemda Pasir Mukti,
InsyaAllah bocah-bocah podo ngerti (InsyaAllah anak-anak sudah tahu).”

Setelah selesai bertransaksi dan membayar apa yang telah di sepakatinya, si kakek berjalan ke arah sebuah sepeda tua
yang di sandarkan pada sebatang pohon pisang, tidak jauh dari X-Trail milikku.
Perlahan di angkat dari sandaran, kemudian dengan sigap di kayuhnya tetap dengan semangat.

Entah perasaan apa lagi yang dapat kurasakan saat itu, semuanya berbalik ke arah berlawanan dalam pandanganku.
Kakek tua pensiunan pegawai Pemda yang hanya berkendara sepeda engkol,
sanggup membeli hewan Qurban yang terbaik untuk dirinya.
Aku tidak tahu persis berapa uang pensiunan PNS yang diterima setiap bulan oleh si kakek.
Yang aku tahu, di sekitar masjid Baiturrohman tidak ada rumah yang berdiri dengan mewah,
rata-rata penduduk sekitar desa Pasir Mukti hanya petani dan para pensiunan pegawai rendahan.
Yang pasti secara materi, sangatlah jauh di banding penghasilanku sebagai Manajer perusahaan swasta asing.
Yang sanggup membeli rumah di kawasan cukup bergengsi
Yang sanggup membeli kendaraan roda empat yang harga ban-nya saja cukup membeli seekor kambing Mega Super
Yang sanggup mempunyai hobby berkendara moge (motor gede) dan memilikinya
Yang sanggup membeli hewan Qurban dua ekor sapi sekaligus

Tapi apa yang aku pikirkan?
Aku hanya hendak membeli hewan Qurban yang jauh di bawah kemampuanku
yang harganya tidak lebih dari service rutin mobil X-Trail, kendaraanku di dunia fana.
Sementara untuk kendaraanku di akhirat kelak, aku berpikir seribu kali saat membelinya.

Ya Allah, Engkau yang Maha Membolak-balikan hati manusia
balikkan hati hambaMu yang tak pernah berSyukur ini
ke arah orang yang pandai menSyukuri nikmatMu

(Cikini, 12-11-07)