Sabtu, April 09, 2011

Film Inspiratif (Sejarah)

Pusing belajar sejarah? Harus menghapal tanggal kejadian dan isi perjanjian diplomatiknya? Dengan nonton film pun bisa cepat menangkap jejak sejarah tersebut. Di blog ini Anda akan disuguhkan beberapa referensim fil sejarah indonesia yang sudah diputar di bioskop.

Tjoet Nja' Dhien (Cut Nyak Dien)
Tjoet Nja' Dhien adalah film drama epos biografi sejarah Indonesia tahun 1988 yang disutradarai Eros Djarot. Film ini memenangkan piala Citra sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Film epos ini dibintangi Christine Hakim sebagai Tjoet Nja' Dhien, Piet Burnama sebagai Panglima Laot, Slamet Rahardjo (kakak Eros Djarot) sebagai Teuku Umar dan juga didukung Rudy Wowor.
Film ini juga merupakan film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes (tahun 1989).
Film ini menceritakan tentang perjuangan gigih seorang wanita asal Aceh (lihat Tjoet Nja' Dhien) dan teman-teman seperjuangannya melawan tentara Kerajaan Belanda yang menduduki tanah Aceh di kala masa penjajahan Belanda di zaman Hindia Belanda.
Perang antara rakyat Aceh dan tentara Kerajaan Belanda ini menjadi perang terpanjang dalam sejarah kolonial Hindia Belanda. Film ini tidak hanya menceritakan dilema-dilema yang dialami Tjoet Nja' Dhien sebagai seorang pemimpin, namun juga yang dialami oleh pihak tentara Kerajaan Belanda kala itu, dan bagaimana Tjoet Nja' Dhien yang terlalu bersikeras pada pendiriannya untuk berperang, akhirnya dikhianati oleh salah satu orang kepercayaannya dan teman setianya, Pang Laot yang merasa iba pada kondisi kesehatannya.


Fatahillah
Kecewa ketika melihat negerinya, Pasai, dihancurkan Portugis, Fadhilah Khan, kemudian dikenal sebagai Fatahillah atau Falatehan (Igo Ilham), selesai menuntut ilmu di Tanah Suci, lalu bergaung dengan Sultan Trenggono (Abdi Wiyono) yang memerintah Kesultanan Demak. Ia mendapat posisi terhormat sebagai ulama, bahkan lalu menikah dengan adik Sultan, Ratu Pembayun (Linda Jatmika) dan Raatu Ayu (Yuni Sulistyawati), janda Adipati Unus yang gugur dalam pertempuran melawan Portugis di perairan Malaka. Portugis yang makin merajalela, ingin mendirikan benteng di Sunda Kelapa lewat persekutuannya dengan Raja Pajajaran. Kesultanan Demak terpanggil melakukan perang terhadap Portugis. Fatahillah terpilih sebagai panglima perang. Fatahillah berhasil merebut Sunda Kelapa dan diganti nama menjadi Jayakarta yang kemudian menjadi Jakarta.



Sang Pencerah
Jogjakarta 1867 -1912:

Sepulang dari Mekah, Darwis muda (Ihsan Taroreh) mengubah namanya menjadi Ahmad Dahlan. Seorang pemuda usia 21 tahun yang gelisah atas pelaksanaan syariat Islam yang melenceng ke arah Bid’ah /sesat

Melalui Langgar / Surau nya Ahmad Dahlan (Lukman Sardi) mengawali pergerakan dengan mengubah arah kiblat yang salah di Masjid Besar Kauman yang mengakibatkan kemarahan seorang kyai penjaga tradisi, Kyai Penghulu Kamaludiningrat (Slamet Rahardjo) sehingga surau Ahmad Dahlan dirobohkan karena dianggap mengajarkan aliran sesat. Ahmad Dahlan juga di tuduh sebagai kyai Kafir hanya karena membuka sekolah yang menempatkan muridnya duduk di kursi seperti sekolah modern Belanda.

Ahmad Dahlan juga dituduh sebagai kyai Kejawen hanya karena dekat dengan lingkungan cendekiawan Jawa di Budi Utomo. Tapi tuduhan tersebut tidak membuat pemuda Kauman itu surut. Dengan ditemani isteri tercinta, Siti Walidah (Zaskia Adya Mecca) dan lima murid murid setianya : Sudja (Giring Nidji), Sangidu (Ricky Perdana), Fahrudin (Mario Irwinsyah), Hisyam (Dennis Adishwara) dan Dirjo (Abdurrahman Arif), Ahmad Dahlan membentuk organisasi Muhammadiyah dengan tujuan mendidik umat Islam agar berpikiran maju sesuai dengan perkembangan zaman.

Tidak ada komentar: